Go to Design --> Edit Html and find these sentences. Now replace these sentences with your own welcome message. This templates is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com. Download this template and more premium blogger templates from Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 08 November 2010

ada apa dengan bunga wijayakusuma?

Posted by tumbuhan On 18.20 No comments

A.PENGERTIAN
Bunga Wijaya kusuma (Epiphyllum anguliger) termasuk jenis kaktus, divisi anthophita, bangsa opuntiales dan kelas dicotiledoneae. Bunga Wijayakusuma hanya merekah beberapa saat saja di malam hari dan tidak semua tanaman wijayakusuma dapat berbunga dengan mudah, tergantung dari iklim, kesuburan tanah dan cara pemeliharaan.
Bunga ini dapat tumbuh baik ditempat yang tidak terlalu panas. Bila akan ditanam dalam pot, maka akan lebih baik diberi media tanam campuran lumut Sphagnum, hancuran batang paku tiang, dan pasir bersih sedikit, seperti yang dipakai untuk menanam anggrek.
Pembibitan bunga Wijaya kusuma Bibit dapat diperoleh dengan memotong cabangnya sebagai stek. Kita pilih cabang yang bagus seperti daun berdaging tebal dan hijau itu dipotong kurang lebih 15 cm, dan perlu ditunaskan dulu, tetapi tidak boleh di tempat yang lembab. Lebih baik lagi bila kita angin-anginkan dulu di tempat teduh selama beberapa hari supaya kering lukanya. Kemudian barulah ditancapkan dengan pangkalnya terbenam hanya sedalam 2~4cm, jangan terlalu dalam karena kalau terlalu dalam akan busuk. Bila perlu dikasih obat yang mengandung belerang dulu untuk mencegah bakteri pembusukan.
Sesudah cabang stek wijayakusuma tersebut berakar, yang dapat dilihat tandanya berupa tunas cabang yang muncul segar, stek dipindah ke dalam pot berisi media tanam anggrek. Tanaman bunga ini hidup senang kalau akarnya berdesak-desakan, jadi pilih pot yang ukurannya kecil saja. Berilah kesempatan agar kondisi dalam pot mengering dulu, sebelum disirami air berikutnya, karena akar akan mudah busuk.
Asal muasal Bunga wijaya kusuma adalah dari hutan belantara tropis yang teduh, karenanya usahakn lingkungan yang ternaungi dari sengatan matahari terik. Pada saat wijayakusuma masih kecil, tanaman boleh saja dibiarkan hidup tegak tanpa sesuatu penopang, tapi bila sudah besar, dan batangnya makin berat, ia perlu diberi perkuatan, bilamana tidak dia akan mudah patah karena berat batangnya sendiri.
B.HAL-HAL MENARIK
Bunga Wijaya Kusuma biasanya berbunga setahun sekali pada musim hujan dan berkembang mekar di malam hari dengan indahnya. Tahukah anda tentang arti nama bunga tersebut? Wijaya adalah kemenangan, kusuma adalah kembang atau bunga. Jadi arti Wijaya Kusuma adalah kembang/bunga kemenangan. 
C.SEJARAHNYA 

Wijayakusuma Kembang Raja-Raja Tanah Jawa

Peristiwa terjadinya kembang Wijayakusuma pada jaman Prabu Aji Pramosa dari Kediri itu setelah bertahun-tahun menimbulkan kepercayaan bagi raja-raja di Surakarta dan Yogyakarta. Menurut cerita, setiap ada penobatan raja baik Susuhunan di Surakarta maupun Kesultanan di Yogyakarta mengirim utusan 40 orang ke Nusakambangan untuk memetik kembang Wijayakusuma. Sebelum melakukan tugas pemetikan, para utusan itu melakukan ziarah ke makam-makam tokoh leluhur di sekitar Nusakambangan seperti pasarehan Adipati Banjaransari di Karangsuci, Adipati Wiling di Donan, Adipati Purbasari di Dhaunlumbung, Kyai Singalodra di Kebon Baru dan Panembahan Tlecer di Nusakambangan. Tempat lain yang juga diziarahi yaitu pasarehan Kyai Ageng Wanakusuma di Gilirangan dan Kyai Khasan Besari di Gumelem (Banjarnegara). Selain ziarah atau nyekar, mereka melakukan tahlilan dan sedekah kepada fakir miskin. Malam berikutnya “nepi” (bermalam) di Masjid Sela. Masjid Sela adalah sebuah gua di pulau Nusakambangan yang menyerupai Masjid. Pemetikan kembang Wijayakusuma juga dilakukan pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono XI, yaitu saat Sunan Pakubuwono XI baru “jumenengan” (dinobatkan sebagai raja). Bahkan adat leluhur ini konon sudah dilakukan jauh sebelum itu. Menurut Babad Tanah Jawi, Adipati Anom, Sunan Amangkurat II pernah mengirim utusan untuk memetik kembang Wijayakusuma, yaitu setelah ia rnenobatkan dirinya sebagai raja Mataram menggantikan ayahandanya. Menurut seorang sejarawan Belanda H.J. de Graaf, peristiwa jumenengan tersebut dilaksanakan di Ajibarang pada tanggal 7 Juli 1677 dalam perjalanannya ke Batavia saat dikejar Trunojoyo. Menurut keterangan, cara memetik bunga Wijayakusuma tidak dengan tangan tetapi dengan cara gaib melalui samadi. Sebelumnya para utusan raja melakukan upacara “melabuh" (sedekah laut) di tengah laut dekat pulau Karang Bandung. Sebelum dipetik, pohon itu dibalut terlebih dahulu dengan cinde sampai ke atas. Dengan berpakaian serba putih utusan itu bersamadi di bawahnya, jika memang samadinya terkabul, kembang Wijayakusuma akan mekar dan mengeluarkan bau harum. Kemudian bunga itu jatuh dengan sendirinya ke dalam kendaga yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya kembang tersebut dibawa para utusan ke Kraton untuk dihaturkan ke Sri Susuhunan / Sri Sultan. Penyerahan itu pun dilakukan dengan upacara tertentu, konon kembang itu dibuat sebagai rujak dan disantap raja yang hendak dinobatkan, dengan== Wijayakusuma Kembang Raja-Raja Tanah Jawa == Peristiwa terjadinya kembang Wijayakusuma pada jaman Prabu Aji Pramosa dari Kediri itu setelah bertahun-tahun menimbulkan kepercayaan bagi raja-raja di Surakarta dan Yogyakarta. Menurut cerita, setiap ada penobatan raja baik Susuhunan di Surakarta maupun Kesultanan di Yogyakarta mengirim utusan 40 orang ke Nusakambangan untuk memetik kembang Wijayakusuma. Sebelum melakukan tugas pemetikan, para utusan itu melakukan ziarah ke makam-makam tokoh leluhur di sekitar Nusakambangan seperti pasarehan Adipati Banjaransari di Karangsuci, Adipati Wiling di Donan, Adipati Purbasari di Dhaunlumbung, Kyai Singalodra di Kebon Baru dan Panembahan Tlecer di Nusakambangan. Tempat lain yang juga diziarahi yaitu pasarehan Kyai Ageng Wanakusuma di Gilirangan dan Kyai Khasan Besari di Gumelem (Banjarnegara). Selain ziarah atau nyekar, mereka melakukan tahlilan dan sedekah kepada fakir miskin. Malam berikutnya “nepi” (bermalam) di Masjid Sela. Masjid Sela adalah sebuah gua di pulau Nusakambangan yang menyerupai Masjid. Pemetikan kembang Wijayakusuma juga dilakukan pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono XI, yaitu saat Sunan Pakubuwono XI baru “jumenengan” (dinobatkan sebagai raja). Bahkan adat leluhur ini konon sudah dilakukan jauh sebelum itu. Menurut Babad Tanah Jawi, Adipati Anom, Sunan Amangkurat II pernah mengirim utusan untuk memetik kembang Wijayakusuma, yaitu setelah ia rnenobatkan dirinya sebagai raja Mataram menggantikan ayahandanya. Menurut seorang sejarawan Belanda H.J. de Graaf, peristiwa jumenengan tersebut dilaksanakan di Ajibarang pada tanggal 7 Juli 1677 dalam perjalanannya ke Batavia saat dikejar Trunojoyo. Menurut keterangan, cara memetik bunga Wijayakusuma tidak dengan tangan tetapi dengan cara gaib melalui samadi. Sebelumnya para utusan raja melakukan upacara “melabuh" (sedekah laut) di tengah laut dekat pulau Karang Bandung. Sebelum dipetik, pohon itu dibalut terlebih dahulu dengan cinde sampai ke atas. Dengan berpakaian serba putih utusan itu bersamadi di bawahnya, jika memang samadinya terkabul, kembang Wijayakusuma akan mekar dan mengeluarkan bau harum. Kemudian bunga itu jatuh dengan sendirinya ke dalam kendaga yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya kembang tersebut dibawa para utusan ke Kraton untuk dihaturkan ke Sri Susuhunan / Sri Sultan. Penyerahan itu pun dilakukan dengan upacara tertentu, konon kembang itu dibuat sebagai rujak dan disantap raja yang hendak dinobatkan, dengan demikian raja dianggap syah dan dapat mewariskan tahta kerajaan kepada anak cucu serta keturunannya. Mithe tentang kembang Wijayakusuma ini sangat berpengaruh pada kehidupan nelayan di pantai selatan. Ada sejenis ikan yang mereka keramatkan yaitu ikan Dawah (dawah artinya jatuh). Ikan ini dianggap jelmaan dari daun pohon Wijayakusuma yang berjatuhan di laut. Para nelayan itu sangat berpantang memakan ikan Dawah, mereka takut mendapat bencana atau malapetaka. Umumnya mereka menolak rezeki Tuhan yang satu ini padahal dagingnya empuk dan rasanya lezat. Pengaruh Mithe ini juga melahirkan upacara budaya sedekah laut yang dilaksanakan setiap bulan Sura, mereka melarung rezekinya ke laut pantai selatan demikian raja dianggap syah dan dapat mewariskan tahta kerajaan kepada anak cucu serta keturunannya. Mithe tentang kembang Wijayakusuma ini sangat berpengaruh pada kehidupan nelayan di pantai selatan. Ada sejenis ikan yang mereka keramatkan yaitu ikan Dawah (dawah artinya jatuh). Ikan ini dianggap jelmaan dari daun pohon Wijayakusuma yang berjatuhan di laut. Para nelayan itu sangat berpantang memakan ikan Dawah, mereka takut mendapat bencana atau malapetaka. Umumnya mereka menolak rezeki Tuhan yang satu ini padahal dagingnya empuk dan rasanya lezat. Pengaruh Mithe ini juga melahirkan upacara budaya sedekah laut yang dilaksanakan setiap bulan Sura, mereka melarung rezekinya ke laut pantai selatan.

Jumat, 08 Oktober 2010

Tumbuhan Venus/Kejora

Posted by tumbuhan On 01.19 No comments

Ciri Khusus yang Dimiliki Tumbuhan Pemakan SeranggaAda beberapa tumbuhan di alam yang tidak dapat memenuhi semua kebutuhan unsur makanan yang diperlukan melalui akar. Tumbuhan seperti apakah itu? Dengan cara apa tumbuhan tersebut mendapatkan makanan selain melalui akar?Tumbuhan yang mengalami hal tersebut adalah tumbuhan Kantong Semar dan tumbuhan Kejora (Venus). Kedua tumbuhan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan nitrogen. Keadaan tanah tempat tinggalnya sangat kekurangan unsur nitrogen. Untuk memenuhinya, Kantong Semar dan Kejora menangkap serangga. Serangga mengandung banyak nitrogen.Cara yang dilakukan, yaitu dengan menghasilkan cairan pada bagian daun untuk menarik perhatian serangga. Pada Kantong Semar, serangga akan masuk ke dalam kantong dan terperangkap di dalamnya. Bagian dalam daun mengandung lapisan mirip lilin sehingga serangga terpeleset. Adapun pada tumbuhan Kejora serangga yang hinggap dan menyentuh “lengan daun” akan terperangkap karena daun akan menutup dengan cepat. Kemudian, serangga tersebut akan dicerna oleh cairan yang dihasilkan daun. gambar dari tanaman venus:

Senin, 23 Agustus 2010

tanaman herba

Posted by tumbuhan On 23.15 1 comment

Kumpulan besar tanaman ini banyak sekali terdapat pada zaman Alkitab. Tanaman-tanaman ini bertumbuh di gunung, lereng-lereng bukit, sepanjang tepi sungai dan di lembah. Tumbuhan herba ini tumbuh liar di ladang-ladang dan kadang-kadang dibudidayakan dalam kebun-kebun. Adanya beberapa tumbuhan herba ini telah dibuktikan oleh Alkitab, sedangkan tumbuhan-tumbuhan yang lain jarang sekali disebut.
Kadang-kadang Alkitab menyebutkan nama tumbuhan herba (misalnyna, biji sesawi, Markus 4:31-32). Kali lain, Alkitab menyebutkannya dengan memakai istilah umum saja (Rom. 14:2).
Kata Latin untuk tanaman ini adalah herba, yang artinya "rumput," "tangkai hijau," atau "helai." Ada tumbuhan herba yang merupakan tanaman tahunan dan mati segera sesudah ia menjadi matang. Tanaman-tanaman ini biasanya menjadi banyak dengan menyebabkan benihnya sendiri. Tumbuhan herba lainnya adalah tanaman bertahun-tahun yang diperbanyak dari akar; setelah waktu yang singkat pertumbuhannya terhenti selama musim dingin, tanaman ini bertunas kembali ketika hujan musim semi mulai. Mazmur 37:2 dan Matius 6:30 menyebutkan tumbuhan herba sebagai lambang kehidupan yang singkat.
Rempah adalah zat nabati yang memiliki rasa yang tajam dan sifat-sifat aromatik. Kadang-kadang Alkitab memakai kata Ibrani untuk rempah-rempah pada umumnya (bosem), yang secara harfiah mengacu kepada keharuman rempah-rempah (Kel. 25:6; I Raj. 10:10). Kali lain, rempah-rempah tertentu disebutkan, seperti di Keluaran 30:23, Kidung Agung 4:14; dan Yehezkiel 27:19.
Rempah-rempah ditanam di Arabia, India, Persia, Siria, Palestina, dan Mesir. Secara luas rempah-rempah diperdagangkan di antara negeri-negeri ini (Kej. 37:25). Untuk keterangan lebih lanjut, lihat "Perdagangan." Penduduk dunia zaman dahulu memiliki pengetahuan yang luar biasa tentang cara menggunakan rempah-rempah dan tumbuhan herba. Ketika wakil-wakil raja mengirim hadiah kepada penguasa negara lain, maka biasanya rempah-rempah dan tumbuhan herba termasuk dalam muatan mereka.
Tanaman-tanaman ini dipakai untuk banyak tujuan, termasuk, obat, makanan, penyedap masakan, kosmetik, zat pewarna, pembasmi hama dan minyak wangi. Kerap kali semua bagian dari tanaman itu dipakai: daun, tangkai, kulit, kembang, buah, dan akar. Banyak di antara rempah-rempah dan tumbuhan herba itu masih digunakan sekarang ini.


A. Adas manis. 


Istilah adas manis yang disebutkan di Matius 23:23 berasal dari kata Yunani anethon. Istilah ini mengacu kepada tanaman dill (bijinya harum dan dipakai untuk asinan, masakan, minyak wangi, dan obat-obatan) atau kepada adas manis yang sejati. Kedua tumbuhan ini serupa dan termasuk keluarga tumbuhan yang sama. Kedua tumbuhan ini mencapai sekitar 91 cm dengan bunga-bunga kuning yang tumbuh berkelompok. Biji, daun, dan batangnya digunakan untuk obat-obatan dan masakan, serta termasuk dalam persepuluhan yang pada zaman dahulu harus diberikan ke bait suci. (Yesus mencela orang-orang Yahudi pada zaman-Nya yang dengan teliti mematuhi hukum-hukum yang kecil, seperti persepuluhan rempah-rempah, tetapi mengabaikan hukum-hukum yang lebih penting.) Adas manis dibudidayakan di Mesir kuno dan negeri-negeri lain sekitar Laut Tengah dan sekarang ini masih ditanam di sana.


B. Balsam. 


Balsam yang disebut di Kejadian 37:25 adalah substansi damar yang sangat harum yang disadap dari pohon balsam. Balsam ini sangat dihargai di antara orang-orang pada zaman dahulu (Yer. 46:11).
Kita tidak tahu apakah pohon balsam yang tumbuh di Arabia sama dengan yang disebut di Yeremia 8:22 sebagai "balsam dari Gilead." Kata Ibraninya dieja dengan cara yang berbeda-beda - tzari, sori, dan tsori; secara harfiah kata tersebut mengacu kepada keharuman tanaman itu.
Pohon balsam adalah pohon yang selalu hijau dan tumbuhnya rapat serta dapat mencapai tinggi 3,7 sampai 4,3 m. Getah yang kuning muda dipakai sebagai ukupan (Kel. 35:28) dan bila dilarutkan dalam air dapat dipakai sebagai urap. Minyak yang diperoleh dari kulit, daun, dan buahnya dipakai sebagai obat-obatan. "Balsam" obat inilah yang disebut di Yeremia 8:22 dan 51:8 sebagai simbol penyembuhan rohani.


C. Bawang putih. 


Tanaman ini dikenal karena rasa dan aromanya yang kuat. Daunnya ceper dan tirus. Akarnya yang berumbi mempunyai petak-petak disebut ulas.
Orang Ibrani menamakan tanaman bawang putih itu shum. Tanaman ini termasuk keluarga amarilis, serta berhubungan erat dengan bawang merah.
Sangat banyak bawang putih tumbuh di Mesir dan negeri-negeri lain sekitar Laut Tengah. Orang Israel menghargai kenangan memakan bawang putih di Mesir (Bil. 11:5), tempat bawang putih dipakai untuk menyedapkan roti.


D. Bunga pacar. 




Alkitab menyebut tanaman ini hanya di Kidung Agung 1:14; 4:13. Kata Ibrani untuk tanaman ini adalah kopher.
Semak ini tumbuh sampai sekitar 3 m tingginya. Selama zaman Salomo ia tumbuh subur di wilayah En-Gedi dan sekarang masih tumbuh di sana.
Daun dan ranting muda digiling menjadi bubuk, dicampur dengan perekat dan air panas untuk menghasilkan pewarna yang merah jingga, yang digunakan oleh kaum wanita untuk kuku jari tangan dan jari kaki, dan telapak kaki mereka. (Lihat "Pakaian dan Kosmetik.") Kaum pria juga memakai kosmetik ini untuk mengecat janggut mereka. Sekarang "bunga pacar" ini juga tumbuh di Mesir dan beberapa negeri lain di Timur.